Rabu, 8 Februari 2012

manusia


1. Manusia Manis
Jenis pertama adalah manusia manis. Manusia manis adalah manusia yang tutur katanya terdengar manis, mengenakkan bagi yang mendengarnya. Kata-katanya memberikan harapan, membangkitkan semangat atau bisa juga penuh janji dan angan-angan. Orang suka mendengarkannya, tertarik, terhibur, terlena, tersanjung dan terpengaruhi. Tidak selalu kata-kata manisnya itu terwujud atau menjadi kenyataan. Juga, belum tentu kata-kata manis yang ditawarkannya itu bermanfaat dan diperlukan oleh yang mendengarkannya.
Ciri jenis manusia ini adalah mulut dan kata-katanya yang manis. Kata-kata manis adalah ciri khas dan kemampuannya yang menonjol. Kelompok ini umumnya adalah pengusaha, penguasa dan manusia jasa. Pengusaha, penguasa dan manusia jasa adalah kelompok orang yang pandai berkata manis dan mengandalkan kata-kata manisnya tersebut. Pengusaha memakai kata-kata yang manis untuk menjual barang dan produknya agar laku dijual, tak peduli kualitas produknya itu sesuai dengan kata-kata manisnya atau tidak. Yang penting laku dan laris. Penguasa rajin memakai ungkapan manis, janji-janji muluk agar mendapat dukungan, agar kekuasaannya langgeng, agar masyarakat memilihnya menjadi pemimpin dan penguasa, tak perduli setelah jadi penguasa dia membuktikan kata-katanya atau janji-janjinya atau tidak. Manusia jasa berkata-kata manis agar tawaran jasanya diterima, agar orang lain memakai jasanya.

2. Manusia Asin
Manusia asin adalah kelompok manusia yang sebaliknya dari manis yaitu mereka yang kata-katanya terdengar “asin”: tidak enak dirasakan tapi mengandung kebenaran. Kelompok manusia ini adalah kaum ilmuwan. Ilmuwan berbicara berdasarkan data dan fakta apa adanya, tidak berdasarkan perasaan, tak perduli terdengar mengenakkan atau tidak, pokoknya faktanya seperti itu, ia ungkapkan. Ungkapan ilmuwan akan terasa asin oleh penguasa yang mendukung kesalahan, yang melakukan penyelewengan, oleh konvensi yang sudah menjadi tradisi, oleh pendukung tradisi yang anti perubahan dan oleh keyakinan keliru yang sudah mendarah daging.
Contohnya, Galileo Galilei adalah ilmuwan Eropa yang merubah pandangan konvensional tentang geosentrisme yaitu bahwa bumi adalah pusat semesta. Ia mengemukakan ide heliosentrisme. Melalui observasi ilmiah ia berpendapat bahwa pusat alam semesta ternyata matahari bukan bumi. Galileo mendapat penolakan dan tantangan keras termasuk dari Gereja Romawi karena penemuannya dianggap merusak konvensi pengetahuan yang sudah kuat ketika itu. Galileo adalah contoh manusia asin.

3. Manusia Pahit
Manusia pahit adalah manusia yang tutur katanya tidak enak didengar, karena ungkapannya pahit. Ia pemutus persoalan dan hukuman yang sangat menentukan nasib kehidupan seseorang. Manusia pahit adanya di ruang pengadilan. Mereka adalah jaksa, hakim dan pengacara. Pahit dirasakan terutama oleh orang yang bersalah melakukan kejahatan dan dihukum di pengadilan. Apalagi mereka yang diperlakukan secara tidak adil di muka hukum. Seseorang tidak merasa bersalah atau hanya sebagai korban tetapi mengalami hukuman akibat kalah di pengadilan. Putusan pengadilan adalah ungkapan yang sangat pahit didengarkan terutama bila hukuman sudah dijatuhkan.

4. Manusia Asam
Manusia asam adalah sekelompok manusia yang melakukan kritik terutama melalui karya-karya. Mereka adalah seniman, penyair, kritikus yang mempunyai daya kritis dan keberanian, dan sebagainya. Karya seninya mereka gunakan sebagai kritik sosial, politik, budaya dan agama. Mereka menyatakan ketimpangan, menunjukkan kesalahan, mengkritik kesewenang-wenangan dan seterusnya. Ungkapan mereka menjadi terasa asam terdengar terutama oleh penguasa. Para seniman sering melakukan kritik secara parodi, secara halus, sindiran maupun terbuka. Ungkapan mereka terasa seperti asam bagi yang tidak menyukainya.

5. Manusia Tawar
Manusia tawar adalah manusia yang menawarkan sesuatu tanpa pretensi dan kepentingan pribadi atau kepentingan sesaat. Berbicara apa adanya, mengemukakan sesuatu tawaran, mengajak kepada kebenaran dan kesadaran nilai-nilai. Tawarannya di dengar atau tidak, tidak menjadi masalah. Di dengarkan dan dituruti dia bersyukur, tidak pun tidak ada paksaan. Manusia tawar adalah agamawan. Ulama, mubaligh, penceramah, pengkhotbah (dalam fungsi yang sesungguhnya) adalah kelompok manusia tawar. Gerakan dan aktifitas mereka netral tanpa kepentingan kelompok. Mereka datar-datar saja. Ungkapan mereka tidak manis, tidak asin, tidak pahit, tidak asam. Tapi juga bisa semuanya. Itulah kaum agamawan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan